Miyos Gongso, Penanda Dimulainya Sekaten
Selasa, 4 Oktober 2022 | 11:05 WIB

Prosesi pemindahan gamelan dari keraton menuju Pagongan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Sabtu (1/10)
Memasuki tradisi Sekaten dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali melaksanakan prosesi pemindahan dua gamelan. Prosesi yang dikenal sebagai Miyos Gongso ini adalah memindahkan dua gamelan bernama Kanjeng Kiai Nogo Wilogo dan Kanjeng Kiai Guntur Madu yang diusung oleh para abdi dalem menuju Masjid Gedhe Kauman, pada Sabtu (1/10) malam.
Prosesi arak-arakan gamelan dari keraton menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, diiringi alunan terompet, Sabtu (1/10)
Ritual penyerahan gamelan di dalam keraton sendiri dilakukan secara tertutup mulai pukul 21.00 WIB. Sementara masyarakat hanya diperkenankan menyaksikan iring-iringan pemindahan gamelan. Dari dalam keraton, iring-iringan ratusan orang yang terdiri dari prajurit dan abdi dalem membawa gamelan melalui rute Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara, lalu melewati Gapura dan berakhir di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Prosesi penabuhan pertama gamelan pada jam dua belas malam di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Sabtu (1/10)
Gamelan yang telah berada di Pagongan Masjid Gedhe Kauman, kemudian ditabuh untuk pertama kalinya pada jam dua belas malam. Selanjutnya, gamelan akan ditabuh secara terus menerus selama tujuh hari dan bisa disaksikan oleh masyarakat.Setelah ditabuh selama tujuh hari, gamelan dikembalikan ke dalam keraton pada jam yang sama dengan prosesi awal. “Prosesi pengembalian gamelan yang disebut Kondhur Gongso ini akan melibatkan sekitar empat pasukan dan ratusan orang. Lebih banyak dibanding saat Miyos Gongso,” jelas Wiharta, satu diantara anggota prajurit luar keraton.
Reporter : Kalila Tabina Dhia Azzahra
Fotografer : Mas Alain Jaka Tirta Kencana
Editor : Mamuk Ismuntoro